“Dor…dor….dor…angkat tangan, jangan bergerak!” Seru laki-laki yang mengacungkan tangannya ke udara.
“Aaaaaaa….anakku sayang cup-cup….” Teriak seorang ibu paroh baya seraya mendekap sesuatu yang mungil dan sepertinya ia cintai.
“Tolong…..hikz..hikz…hikz…” Isak seorang gadis remaja yang jongkok ketakutan. Ia mendekap kedua kakinya dan menyandarkan tubuhnya ke tembok. Sesekali ia menoleh ke kanan lalu ke kiri kalau-kalau ada seseorang yang masih mengejarnya.
Aku hanya duduk terdiam di sebuah balok kayu yang terjajar rapi memanjang. Ditopang dua tiang di bawahnya dan dihubungkan dengan beberapa paku, sehigga cukup kuat untuk menopang beban berat di atasnya. Aku terus memandang kegaduhan itu walau aku tak terlibat di kegaduhan itu. Terbengong seperti orang bodoh melihat mereka yang semakin lama semakin ricuh. Aku berharap mereka segera menyelesaikan kegaduhan itu.
Ku alihkan pandanganku pada sesosok wanita tua yang duduk di bawah pohon. Kedua kakinya ia lipat sehingga lututnya menyentuh dagu. Tangan kanannya terus mengelus-elus hijaunya rumput yang menjadi alas duduknya. Matanya yang lebam menatap kosong ke depan menghayati udara yang menari di hadapannya. Mulutnya menghisap jempol tangan kirinya layaknya seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya. Rambutnya panjang, hitam dan lebat sepertiku. Mungkin sekilas mata orang memandang tak melihat persamaan itu. Mungkin karena rambutnya yang dibiarkan bebas tak terawat berbeda dengan rambutku yang setiap waktu ku manjakan di surganya para wanita. Membuat perbedaan lebih mencolok.
Aku berusaha membendung butiran-butiran air mata yang menumpuk di pelupuk mataku. Mengingat betapa kejinya dia yang mencabik dan mencampakkan aku tanpa air kasih sayang. Membiarkan aku berlari tanpa kaki. Kelembutan dan belaianpun tak ku dapat darinya. Aku rasa dia adalah setan yang tega menyakiti bagian dari hatinya sendiri. Aku berharap aku adalah rumput hijau itu. Tertidur pulas dengan belaian tangan yang lembut.
Aku tak kuat lagi menahan bendungan air mata ini. Air begitu derasnya keluar dan mengalir dari mataku. Membanjiri pipiku hingga daguku, terus menetes dan akhirnya jatuh ke tanah. Terlalu lama aku mencari malaikat yang membuatku berada di sini. Bahkan setiap malam aku selalu merengek seperti anak kecil, memintaMu membawanya di hadapanku. Ingin ku memeluk erat dan mencium bibirnya layaknya seorang kekasih yang lama tak bertemu. Malaikat yang rela berjuang dan berperang bertaruh nyawa demi hidupku di sini. Tapi tak ku sangka begitu cepat ia menjelma menjadi setan dan melemparku seperti kucing ke jalanan yang berbatu. Membiarkanku tersandung bebatuan yang tajam. Aku masih tak mengerti kenapa dia yang kurasa adalah sesosok malaikat, tiba-tiba menjelma menjadi setan yang begitu menakutkan.
Udara terus menekan dadaku sehingga membuat paru-paruku terpojok,begitu sesak dan panas. Air terus mengucur ke pipi mengalir hingga membasahi kain putihku. Sebenarnya aku harus berterima kasih padaMu. Walau Kau waktu itu tak membawakanku malaikat yang rela berjuang untukku, setidaknya membawakanku malaikat yang mau memberikan kaki untukku berjalan. Rela menuntun dan menemaniku berjalan di jalan yang berbatu tajam. Mengobatiku ketika ku tergores oleh batu yang sangat tajam.
Aku mulai bangkit dari balok kayu itu. Melangkah menapaki rumput hujau yang sangat beruntung mendapat belaian dari malaikat. Aku terus mendekati wanita tua itu. Ku tatap matanya lekat-lekat, tak ada respon yang berarti darinya. Ku peluk erat-erat tubuhnya yang kurus. Air matanya berlinang dan jatuh ke pipinya.
“Dokter ini anakku namanya Nina. Cantik kan Dok!” Seru seorang ibu paroh baya yang terlibat kegaduhan di koridor itu. Aku terkaget dengan suara ibu itu yang berada di belakangku. Aku hanya melempar senyum padanya. Aku mengajak wanita tua itu bangkit dan meninggalkan ibu paroh baya yang sibuk mengelus-elus boneka di gendongannya.
Ku ucapkan terima kasih kepadaMu yang telah membawa malaikat segaligus setan ini di hadapanku. Akhirnya rengekanku setip malam kau penuhi. Ingin kuhujamkan pisau yang sangat tajam di dadanya, tapi ku harus melindungi setan ini sebagai malaikat waktu kacilku yang selama ini ku nanti.
blog ini adalah wadah untuk menuangkan segala isi hati dan pikiran.... ambil segala inti sari dan makna yang ada.... semoga blog ini dapat bermanfaat....
ilustration

Minggu, 24 April 2011
Rabu, 13 April 2011
pilih pilah
di persimpangan jalan
kau harus memilih
pilih pilah pilah
pilah pilih pilih
pilah jangan sampai salah
pilih yang terbaik untukmu
karna pilihanmu adalah tantanganmu
kau harus memilih
pilih pilah pilah
pilah pilih pilih
pilah jangan sampai salah
pilih yang terbaik untukmu
karna pilihanmu adalah tantanganmu
Selasa, 12 April 2011
Aku Diantara
Aku berdiri antara kekokohan dan kerapuhan
antara kelembutan dan kekerasan
antara kehormatan dan kenistaan
antara kejujuran dan kedustaan
antara kenyang dan lapar
antara dingin dan panas
antara salah dan benar
antara cinta dan benci
antara halal dan haram
antara kelembutan dan kekerasan
antara kehormatan dan kenistaan
antara kejujuran dan kedustaan
antara kenyang dan lapar
antara dingin dan panas
antara salah dan benar
antara cinta dan benci
antara halal dan haram
Langganan:
Postingan (Atom)